Minggu, 20 Juli 2014

Laskar Pelangi Behind the scene

Catatan Al-Imaji

Behind the scene Laskar Pelangi

Cerita dibalik perjalanan Casting
by : Julian Aditya, Talent Co. Laskar Pelangi Film

    Sebelum saya menceritakan pengalaman ini, pertama-tama saya harus mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan dari Miles Film dan Mizan Production karena telah menerima saya bergabung dan bekerja sama di Laskar Pelangi film sebagai salah satu Talent Coordinator. Ini adalah pengalaman yang sangat membanggakan, mengingat film ini adalah salah satu film fenomenal dan boleh dikatakan sebagai salah satu dari yang terlaris di Indonesia.

    Sahabat Al-Imaji ( mari kita bersatu dalam imajinasi ), Laskar Pelangi film yang diproduseri Mira Lesmana, disutradari Riri Riza, dan diangkat dari novel karya Andrea Hirata memang banyak membuat kehebohan disana-sini. Salah satu kekuatan film tersebut adalah para pemainnya, yang menggabungkan kekuatan akting para aktor/aktris kawakan bersama pemeran anak-anak Laskar Pelangi yang notabene tidak pernah memasuki dunia perfilman sama sekali. Anak-anak itu memang masih hijau, tapi sudahberhasil menyihir jutaan penikmat film Indonesia. Mungkin ada yang bertanya, apakah mencari talent lokal dikala itu, mudah? Jawabannya tidak! Berikut ini, saya memaparkan sedikit pengalaman yang saya dapat sewaktu membantu Miles Film dan Mizan Production sejak awal Maret 2008 yang lalu dalam catatan behind the scene Laskar Pelangi ini.

1. MEMBUKA CASTING SAMA DENGAN MENGAJARKAN CARANYA SEKALIGUS.
   Behind the scene Laskar Pelangi Pictures : Di tepian jalan

      Ini adalah tantangan pertama yang saya dapat. Lokasi Shooting Laskar Pelangi Film bertempat di lokasi aslinya, Pulau Belitung sekaligus kampung saya sendiri. Bagi yang tinggal di Jakarta, Bandung, dan sekitarnya tentu sudah banyak yang tahu bagaimana proses sebuah casting dilaksanakan. Apalagi yang sudah masuk talent agency atau yang punya mimpi untuk menjadi artis yang wajahnya selalu terpampang di televisi, bioskop, atau banner sebuah produk. Casting di Belitung, adalah sebuah hal yang sangat langka sekaligus merepotkan. Bayangkan apabila ada 100 orang yang datang, 100 orang itu harus kita ajarkan bagaimana cara melihat dan membaca skrip, gambaran peran dari apa yang ia baca disitu, termasuk bagaimana dan apa yang harus ia lakukan apabila berhadapan dengan para penilai nanti. Kalau yang datang anak-anak, kadang-kadang kita harus menjelaskan cara casting ini di depan orang tuanya... cabe deh...

    Ada pengalaman lucu yang pernah didapat dari proses ini. Suatu ketika yang datang casting itu bapak-bapak dengan usia 40-an. Ia sangat bernafsu sekali untuk tampil di film setidak-tidaknya jadi pemeran pembantu yang wajahnya kelihatan (untung ada skrip yang dibuat khusus untuk peran dengan karakter tersebut walaupun akhirnya dihapus dari sutradara). Setelah panjang lebar saya menjelaskan, akhirnya ia bertanya... bagaimana cara latihan membaca skrip. Saya jawab : "Bayangkan di depan ada lawan bicara anda yang ikut main film nanti". Kemudian saya meninggalkannya di ruang tunggu dengan harapan "mudah-mudahan ia mengerti". Akhirnya, setelah beberapa saat berlalu. Saya kembali keruang tunggu, dan ternyata mendapati ruangan yang sudah kosong dimana tadinya dipenuhi oleh para peserta casting! Saya panik karena mereka menghilang, saya takut terjadi sesuatu akibat omongan saya tadi. Akhirnya setelah saya cari dengan tergopoh-gopoh, untunglah ternyata mereka tidak pulang  kembali ke rumah masing-masing. Mereka semuanya ada dibelakang ruang tunggu dan sedang sibuk berbicara sendiri sesuai instruksi yang saya katakan ke bapak tadi! (Padahal anjuran saya bukan untuk mereka semua loh.. ) Sang bapak itulah yang mengajak mereka semua, dan ia pun saya lihat sangat berusaha menjiwai perannya semaksimal mungkin dengan berbicara sendiri sambil menunjuk-nunjuk tembok tebal ruang tunggu casting! Yaelah pak, kok pada ngajak gila orang sekampung seeeeh...???

2. BENAR-BENAR HUNTING, GARA-GARA BANYAK YANG TIDAK PERCAYA.
      Behind the scene Laskar Pelangi Pictures :Shooting di Tanjung tinggi 

    Memang pada saat itu proses casting Laskar Pelangi Film tidak dipublikasikan oleh media lokal baik cetak maupun elektronik. Ini dikarenakan sang asisten sutradara tidak menginginkannya karena takut pusing dengan tawaran-titipan. Singkatnya, proses casting dilakukan dengan cara mengajak orang yang ditemui. Inilah tantangannya,masyarakat Belitung dikala itu benar-benar "blank" dan skeptis. Tidak jarang saya harus memberi penjelasan "bahwa ini benar" kepada orang yang cerewet dan menuduh saya sebagai "tukang isu". Adapun saat proses hunting disekolahan untuk mencari para calon pemeran Laskar Pelangi film, saya selalu masuk ruang kepala sekolah dengan waktu yang cukup lama untuk menjabarkan benar-tidaknya persoalan ini. Bahkan ada guru yang bertanya asal usul saya, siapa orang tua, dimana rumahnya, sebelumnya bekerja sebagai apa, pulang merantau darimana, wah... cabe lagi deh!

    Kejadian yang paling edan dari hunting ini ada di SDN 44 Perawas (Kab. Belitung) yang menyumbang pemeran A-Kiong ( Suhendri, red ). Saat itu saya tiba disana sudah pukul setengah 12 siang. Saya datang terlambat, karena waktu jam sekolah sudah hampir habis dan terlalu banyak sekolah yang harus didatangi kalau dilanjutkan besok. Akhirnya saya memutuskan, untuk hunting sambil melihat mereka pulang dari sekolah itu.
    "Treeeeet!!!! Treeeet! Treeeeet!"
    Suara bel pun muncul, anak-anak SD 44 keluar. Saya menunggu untuk melihat penampakan mereka sambil duduk diatas motor dengan jaket kulit, celana jeans, dan rokok kretek murahan dimulut. Masing-masing dari mereka saya lihat dengan sangat detil, setelah 10 menit barulah anak dengan spesifikasi yang saya inginkan muncul! Anak itu adalah Suhendri ( A-Kiong ) yang pulang berjalan kaki kerumah, tidak ingin dia berlalu... saya pun langsung turun dari motor dan berjalan kearahnya. Disinilah yang muncul petaka! Melihat saya orang asing dan tampak antusias sekali, Suhendri malah kaget. Sialnya, dia mengira saya penculik! Ia pun lari, mau tak mau saya mengejar! ( Saking antusiasnya saya waktu itu saya lupa kalau besok kan bisa kembali lagi? ya toh?? ). Akhirnya tak berapa lama pun, terpaksa Suhendri saya tangkap seperti seperti seorang kekasih yang lari dari pacarnya. Anak-anak SDN 44 yang lain langsung segera mengerubungi saya bersama orang tua mereka, kemudian ada pak Guru yang menghampiri dengan wajah sangar dan nada tinggi! Waduh, saya terlihat seperti seorang buronan kala itu! perlu waktu lama untuk meyakinkan mereka dan Suhendri agar mempercayai apa yang saya katakan. Ah,buah perbuatan yang terlalu terburu-buru... ingin memberi kejutan, eh malah saya yang dikejutkan! Jiaaah!

3. SUDAH MENCARI PEMERAN UTAMA SUSAH, FIGURAN MALAH LEBIH SUSAH LAGI!
      Behind the scene Laskar Pelangi Pictures : Para figuran film (wanita)

    Setelah proses yang saya lakukan selama dua bulan sudah mendapatkan progress yang lumayan, semua anak-anak pemeran laskar pelangi sudah mempunyai calon yang pas dari dua tantangan besar tadi. Tantangan selanjutnya yang cukup melelahkan adalah bagaimana caranya mengajak masyarakat dengan jumlah yang besar untuk menjadi pemeran figuran. Sekitar satu bulan Shoot di daerah Gantong ( Belitung Timur ), jumlah figuran yang harus saya dapatkan adalah minimal 250 orang! Jumlah ini memang kecil kalau shooting didaerah lain yang sudah kenal bagaimana proses sebuah film apalagi ada agency. Kalau di Belitung, ini merupakan sebuah ujian. Berikut rinciannya :
* Apabila saya mencari pemeran figuran dengan karakter para pekerja dan penambang timah, bapak-bapak disana saat itu bertanya : "Aku dapat berape untuk syuting dari subo sampai sure ari? (Saya dapat uang berapa untuk shooting dari subuh ke sore hari?)". Saya jawab apa adanya : "50.000 Rupiah pak!". Lantas mereka tertawa dan memberi tanggapan seperti ini : "Hahaha, aku kalok nambang tima setenga ari la dapat duit sepulo kali lipat dari nok diberik kao! (Hahaha, saya kalau nambang timah beneran, setengah hari bisa dapet uang sepuluh kali lipat dibandingkan yang dikasih dari kamu!)".
* Jika saya membutuhkan rombongan ibu-ibu untuk mengisi film ini, dengan tampang yang serius ibu-ibu itu sering bertanya : "Bang, muke kamek ne kan keliatan benar ke di tipi kini!?! (Bang, wajah kita ini apa benar nanti bisa dilihat di tv??)". Saya jelaskan kalau ini bukan shooting sinetron melainkan layar lebar, dan posisi mereka bukanlah sebagai pemeran utama yang harus muncul wajahnya sesering mungkin. Lalu inilah jawaban mereka :"Yaaa, ndak seru la mun kamek dak masok tipi! dak nak la eh... ( Yaaa, nggak seru dong kalo kita ini nggak masuk tv, nggak mau ah!)". Dibilang nanti akan masuk bioskop, di Belitung nggak bisa nonton bioskop. Disuruh agar nonton VCD/DVD-nya nanti, bakalan nggak ada yang original... wah, kejebak pembajak dong gue!?!
      Behind the scene Laskar Pelangi Pictures : para figuran film (laki-laki)

     Itu hanyalah sekelumit tanggapan dari mereka, intinya... apabila kita mengajak dengan posisi sebagai kru film, dijamin 80% tidak ada yang mau! Jangankan saya, yang mengepalai divisi saya aja bingung. Akhirnya saya memutuskan untuk membujuk mereka lewat cara pemanfaatan kedekatan emosional ala agen spionase. Konsekuensinya, jauh-jauh hari sebelum shooting dimulai saya harus pindah domisili dari Tanjungpandan (Kab. Belitung) ke Gantong! Setelah itu barulah saya nongkrong sebagai anak muda yang gaul, saya ikut pengajian di mesjid bersama rombongan bapak-bapak ibu-ibu majelis, saya sering menyambangi lokasi pertanian dan transmigrasi sebagai orang yang ingin belajar bercocok tanam, saya duduk menghabiskan waktu di warung kopi dan akrab dengan bapak-bapak penambang, tidur di kantor camat karena ingin dekat dengan pegawainya, akrab dengan mantan ketua preman pasar, mantan pendekar,  pokoknya tiada hari tanpa sosialisasi dan saya tampak bagaikan seorang pengangguran kelas berat yang sedang cari kerja disana-sini!

    Hehehe, yah... itu adalah sedikit pengalaman yang saya dapatkan dan sebenarnya masih banyak lagi... Untung aja percaya dengan istilah "Dimana ada kemauan, disitu ada jalan!". Walaupun rada susah, meskipun agak merepotkan... proses casting selesai dengan lancar begitu juga dengan shootingnya! Thanks 4 all crew yang membantu, thanks for talent, dan terima kasih juga kepada sahabat Al-Imaji yang telah membaca tulisan ini.



Cat : Sekarang anak-anak kecil itu (Zulfani Pasa,Veris Yamarno,Ferdian,Suhendri,Yogi Nugraha,Suharyadi Syah Ramadhan,Muhammad Syukur,Jeffri "Ayep" Yanuar,Febriansyah,Dewi Ratih, Marcella,dan Levina) sudah pernah menikmati hidup sebagai artis, para pemeran lokal sebagai supporting/extras talent sedikit mempunyai kebanggaan dalam berpartisipasi di film Laskar Pelangi. Begitu juga dengan saya...
Thanks Miles Film, Thanks Mizan Production, Thanks All the readers. Success!

Julian Aditya 
Behind the scene Laskar Pelangi film
(Adit Linkkar Al-Imaji)

0 komentar:

Posting Komentar